Senin, 01 Oktober 2012

NOTES FROM QATAR




PETUALANGAN “SNACK” DI NEGERI MINYAK….

Muhammad Assad, 23 Tahun ( ini mungkin saat terbit cetakan pertama tahun 2011, jika benar, maka penulis ini berusia 24 tahun saat ini), mencoba keluar dari istiadat system kepenulisan yang kaku dan me

ndayu-dayu. Dia mencoba merenyahkan kehidupan sembari tidak lupa untuk menjejaki nilai-nilai positif dalam setiap kata-kata yang dipilih dalam menceritakan pengalamannya

Pertama kali saya mengenal buku ini dari seorang sahabat akhwat yang begitu tergebu-gebu memfavoritkan buku ini ( hehehe..maaf ukhty becando). Dari judulnya jujur saja saya sedkit skeptis dan tidak terlalu tertarik, saya berfikir buku ini tampaknya hanya lembaran-lembaran perjalanan seorang remaja yang rajin menulis “diary” nya di atas bantal sambil sesekali melihat jendela menatap keindahan bulan sabit.

Romantic gaya-gaya teenlit..

Tapi, baiklah saya fikir saya harus mencoba menambah hasanah bahan bacaan baru, dimana saya juga ingin tahu bagaimana bentuk sebuah diary era 2012. Apakah masih sama dengan jaman-jaman remaja tahun 2000 saat saya pribadi masih menyimpan foto-foto berambut belah dua di bagian tengah buku-buku bertuliskan dear diary…. “ yah, gak apa-apalah untuk bahan bacaan ringan pengusir ngantuk saat I’tikaf”, itulah yang saya fIkir saat itu.

Tapi….

Setelah mencoba membeli di Bandung Book Centre Palasari.. Seri pertama buku ini ternyata sangat sulit dicari. Hey… buku diary saja kok susah dicari?... tapi Alhamdulillah wa syukurillah setelah pencarian dan perjalanan kaki serta bertanya hampir pada setiap toko yang buka saat itu akhirnya ada juga buku ini. Saya langsung berfikir, “ hey assad, kau sudah membuat lelah kakiku, kalau kau fikir buku ini hanya akan jadi pajangan di rak bukuku, kau salah kawan!!, karena aku tak mungkin tidak “membalas dendam” pada lembaran-lembaran yang membuatku mati gaya dihadapan para penjaga toko. Akan kulalap habis kau”…hehehe… dendam membara ceritanya

Sampai dirumah…

Hem, tetap dengan skeptisnya saya membuka halaman-halaman pertama yang berisi testimony dari beberapa kenalan Assad. Ada Jusuf Kalla, Dr. Salim Segaf, Din Syamsuddin……siapa sih mereka?..ah para tokoh ini tentu saja memberikan kesan positif, itumah sudah pasti…BIASA

Tapi mulai banyak testimony yang saya baca,,,saya malah tertarik pada beberapa ucapan apresiasi dari rekan-rekan seprofesi saya (berasa artis nih..hahahaha).. mulai dari marshanda, Alyssa subandono, andien, Olla ramlan, Misca Candrawinata, Shandy Aulia, Saskia Adya Mecca, dan saya langsung merasa menang “tuh khan apa saya bilang, ah palingan gak jauh dari cerita remaja ala korea ”……dan saya simpan dulu deh,

Eh..eh..eh

beberapa hari kemudian saya mulai membaca halaman pertama. Saya tertarik dengan sebuah judul “Dahsyatnya sedekah” atau yang membicarakan tato dan menghargai pembantu, atau semangat dalam mengucapkan “maaf, tolong, dan terima kasih” yang jadi tema dibuku ini..

hem, aya naon kitu dengan judul-judul ini?..pikirku saat itu.

Lembar demi lembar malah tak bisa berhenti saya baca. Ternyata., ini bukan sekedar “baby diary” bergambar doraemon dan hello kitty yang berwarna pink, tapi juga sebuah “long journey to the best future” yang menyediakan warna warni merah, kuning, hijau di langit yang biru. Tiba di “season” dimana Mr. Assad menceritakan pengalaman beberapa kali mendapatkan bea siswanya dan dia berani meninggalkan kondisi amannya untuk berkembang. “There is no growth in comfort zone, and there is no comfort in growth zone”….katanya

Plakkkkkkk!!!!! Petir menggelegar, awan jadi kelabu, angin berhembus kencang, langit terbelah, laut mengering, sungai mengeruh…..(nah ini versi diary tahun 1997-2000)…hehehe

Rasanya seperti ditampar…

Buku ini mengingatkan saya pada kecerobohan saya pribadi..dan saya langsung mengakui keluar biasaan buku ini. Sehat dan menerobos etika tulisan yang kaku dan terselubung makna-makna chairil anwar ala remaja. Ayat-ayat suci juga selalu di hubungkan dengan seluruh pengalaman yang di jabarkan sang author

Buku ini memiliki 2 serial yang sama-sama bergizi dan sehat untuk dibaca. Jika seorang Andrea Hirata menguntai tetralogi laskar pelangi dalam bentuk novel edukatif, maka Assad mengambil cara lain untuk menayampaikan “dakwahnya” dengan bentuk percakapan ala “Blackberry messangger (BBM)” atau “Short Message Service (SMS)”, jadi sangat renyah untuk jadi bahan bacaan penyemangat bagi mereka yang lagi galau dirundung keinginan-keinginan yang tak kunjung didapat karena tidak bersabar atau salah strategi atau tak berani sedekah lo….

See?...

silahkan cari salah satu atau kedua buku ini..

bagi saya 2 Buku ini sedikit menggeser urutan rating trilogy golden compass Philip Pulman, yang dulu berada di posisi 4 setelah ayat-ayat cinta,heptalogy harry potter, dan bumi cinta sebagai buku terfavorit di hati saya…..(pernyataan alay versi 1995)..hehehe

so.. lets rock it in the middle of nowhere……go and get it!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar