BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Telah kita ketahui
bahwa fungsi keuangan berhubungan arus dan alur proses yang dipakai perusahaan.
Pertama, perlu diperoleh uang yang cukup untuk mendukung kegitan manufaktur,
pemasaran dan kegiatan lain yang dilakukan perusahaan. Kemudian, dana perlu
dikendalikan untuk memastikan dana tersebut digunakan dengan cara yang efektif
Semua manajer dalam
perusahaan memiliki tanggung jawab dalam pengendalian Internal, seperti manajer
produksi yang bertanggung jawab dalam alur produksi dan implementasinya,
manajer keuangan yang bertanggung jawab dalam aliran kas dan keuangan yang ada
dalam perusahaan. Informasi yang menjelaskan arus uang-baik anggaran maupun
aktual-memungkinkan manajer bertanggung jawab dalam masalah keuangan.
Sistem Informasi
merupakan suatu subsistem yang dapat menjadi patokan atau informasi kepada
orang atau kelompok baik didalam maupun luar perusahaan mengenai alur yang
terjadi dalam perusahaan. Informasi disajikan dalam bentuk laporan khusus,
hasil dari simulasi matematika, komunikasi elektonik dan sistem dari pakar.
Sistem Informasi
akuntansi merupakan satu-satunya komponen input yang terdapat dalam seluruh
sistem informasi fungsional. Catatan mengenai segala sesuatu yang berhubungan
dengan informasi perusahaan dapat disediakan oleh Data Akuntansi yang telah
diproses sedemikian rupa pada Sistem Informasi yang berjalan.
Sistem Informasi
Akuntansi akan menjadi aturan tidak baku
agar segala informasi mulai dari hierarki jabatan hingga laporan yang
disajikan, menjadi lebih terstruktur dan terealisasi dengan baik. Sebuah
jabatan yang ganda dan dikerjakan lebih dari satu orang, akan memungkinkan
pengeluaran perusahaan bertambah, sebab memungkinkan penambahan upah lembur,
Atau bahkan pekerjaaan yang tidak terlaksana dengan baik dan tepat waktu karena
peusahaan tidak ingin mengeluarkan upah lembur.
Sistem Informasi
Akuntansi juga akan dipakai dalam pengendalian intern yang akan dibutuhkan
dalam sebuah perusahaan. Secara garis besar, prosedur pengendalian dapat dipilah
menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah penyusunan program audit untuk
pengujian pengendalian, sedangkan tahap kedua adalah penyusunan program audit
untuk pengujian substantif. Auditor dapat memilih pendekatan pengujian terutama
substantif atau pendekatan risiko pengendalian rendah. Dengan pendekatan
pengujian terutama substantif, auditor merencanakan prosedur pemahaman struktur
pengendalian intern yang kurang ekstensif. Auditor merencanakan untuk
memperluas pengujian substantif. Meskipun demikian,bila auditor menemukan
indikasi-indikasi yang memungkinkan auditor dapat menentukan risiko
pengendalian rendah. Bila pendekatan risiko pengendalian rendah digunakan maka
auditor merancang melakukan pemahaman dan pengujian terhadap SPI secara
ekstensif.
Untuk mencapai tujuan
tersebut diatas, penulis tertarik untuk meninjau Sistem Informasi Akuntansi dan
implementasinya dalam pengendalian alur dokumen yang digunakan di PT. SINAR
PANGJAYA MULIA, dengan judul : “TINJAUAN PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
PIUTANG SEBAGAI PENGENDALI INTERN DI PT SINAR PANGJAYA MULIA DIVISI RASCHEL,
CIMAHI”.
1.2
Tujuan
Kuliah Kerja Nyata Profesi
Kuliah Kerja Nyata
yang dilaksanakan oleh penulis di PT PT SINAR PANGJAYA MULIA divisi raschel ini
mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana Sistem Informasi Akuntansi
yang diterapkan perusahaan.
2. Mengetahui sistem pengendalian intern yang dilakukan
terhadap alur Dokumen pada akun piutang yang sesuai dengan Sistem Informasi
Akuntansi yang diterapkan perusahaan.
3. Mengetahui implementasi dari sistem informasi
akuntansi yang diterapkan di perusahaan ini.
1.3
Kegunaan
Kuliah Kerja Nyata Profesi
Setelah Kuliah Kerja Nyata Profesi
dilaksanakan maka diharapkan dapat berguna bagi penulis, perusahaan, dan
Jurusan Akuntansi Universitas Nasional PASIM :
1. Bagi penulis, KKNP dapat memberikan wawasan yang lebih
luas mengenai kesesuaian teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan realitas
pekerjaan yang sebenarnya dilakukan di perusahaan sehingga dapat bekerja lebih
baik lagi dengan didasari teori-teori yang diperoleh untuk menjadi bagian dalam
pencapaian tujuan perusahaan.
2. Bagi perusahaan, adanya KKNP ini, diharapkan dapat
menjadi informasi dan evaluasi Alur produksi beserta dokumen-dokumen
pendukungya yang wajib diterapkan dalam implementasinya, apakah telah sesuai
dengan standar yang seharusnya atau belum
3. Bagi Pihak lain, KKNP ini diharapkan menjadi bahan
informasi dan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya
1.4
Metode
Penelitian
Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui implementasi dari Sistem Informasi yang dibakukan
oleh perusahaan. Karena itulah penulis aka membandingkan dua variabel diatas.
Metode yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif, yaitu penjabaran secara
global mengenai situasi dari masing-masing variabel kemudian menganalisanya
dengan membuat perbandingan.
Adapun data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data Primer
Adalah
data yang diperoleh dengan cara studi lapangan di perusahaan dan diperoleh
wawancara dan observasi
b. Data Sekunder
Adalah data yang
diperoleh dengan cara studi kepustakaan sebagai landasan teoritis tentang
masalah yang dihadapi. Data-data ini diperoleh dari Buku-buku, Hasil penelitian
dan referensi lainnya.
Untuk teknik
pengumpulan data terdiri dari :
a. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data dengan cara
mempelajari literature yang sesuai dengan masalah yang sedang dibahas oleh
penulis.
b. Studi Lapangan, Yaitu pengumpulan data dengan cara :
1. Wawancara, yaitu melakukan Tanya jawab dengan
bagian-bagian terkait
2. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung pada
objek yang sedang diteliti.
c. Membandingkan dengan penelitian sebelumnya
1.5
Lokasi dan
Waktu KKN
1.
Penulis
melaksanakan KKNP pada divisi Raschel PT PT SINAR PANJAYA MULIA yang berlokasi
di Jln Leuwi Gajah 151 Cimahi.
2.
Lamanya praktek
kerja yaitu 1 bulan, mulai tanggal 18 Januari 2010 sampai 8 Februari 2010,
dengan rencana jadwal Kuliah Kerja Nyata Profesi seperti pada tabel berikut
ini.
Kegiatan
|
Pelaksanaan Tahun 2010
|
|||
Maret
|
April
|
Mei
|
Keterangan
|
|
Observasi
|
||||
Pengumpulan data
|
||||
Penyusunan laporan
|
||||
Bimbingan Laporan
|
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(TINJAUAN SISTEM
INFORMASI AKUNTANSI)
2.1 Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1 Pengertian Informasi
Pengertian data dan
informasi berbeda. Data merupakan masukan untuk diproses menjadi informasi.
Sedangkan informasi merupakan data yang telah diolah atau diproses sedemikian
rupa sehingga dapat berguna untuk memenuhi kebutuhan pemakainya.
Sutabri (2005:16),
mengemukakan bahwa :
“data adalah bahan mentah yang
dproses untuk menyajikan informasi”
Sedangkan informasi
menurut Sutabri (2005:22)
“Informasi adalah data yang telah
diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasi untuk digunakan dalam proses
pengambilan keputusan”
2.1.2 Karakteristik Informasi
Informasi memiliki karakteristik tertentu
yang menjadikannya mempunyai nilai dan berguna. Menurut Krismiaji (2002:15),
Sistem dapat memberikan manfaat bagi para pemakainya apabila memiliki
karakteristik atau ciri sebagai berikut :
a. Relevan,
menambah pengetahuan atau nilai bagi para pembuat keputusan dengan cara
mengurangi ketidakpastian, menaikan kemampuan untuk memprediksi atau
menegaskan/membenarkan ekspetasi semula
b. Dapat dipercaya, bebas dari kesalahan atau bias dan secara akurat
menggambarkan kejadian atau aktivitas organisasi
c. Lengkap,
Tidak menghilangkan data penting yang dibutuhkan oleh para pemakai
d. Tepat waktu,
disajikan pada saat tepat untuk mempengaruhi proses pembuatan keputusan
e. Mudah dipahami, disajikan dalam format yag mudah dimengerti
f.
Dapat
diuji kebenarannya,
Memungkinkan dua orang yang kompeten untuk menghasilkan informasi yang sama
secara independen
2.1.3 Elemen-elemen Informasi Akuntansi
Cecil Gillespie yang diterjemahkan oleh
Drs. Zaki Baridwan Menjelaskan tentang Unsur-unsur sistem sebagai berikut :
a. Klasifikasi rekening merupakan penggolongan rekening-rekening
yang digunakan dalam sistem akuntansi
b. Buku besar dan buku pembantu, berisi rekening-rekening
riil dan nominal yang digunakan dalam sistem akuntansi. Buku besar merupakan
buku pencatatan terakhir yang dijadikan dasar penyusunan laporan keuangan. Buku
pembantu berisi rekening-rekening yang merupakan perincian dari suatu rekening
didalam buku besar.
c. Jurnal, yaitu catatan transaksi pertama kali (books of
original Entry)
d. Bukti transaksi, merupakan formulir yang digunakan
untuk mencatat transaksi pada saat terjadinya, sehingga menjadi bukti tertulis
atas transaksi tersebut” (Baridwan, 1985:5-6)
Sedangkan Mulyadi mengemukakan bahwa
elemen-elemen pokok sistem akuntansi adalah :
a. “Formulir (form), yaitu dokumen awal yang digunakan
untuk merekam terjadinya transaksi, sebagai dasar pencatata ke dalam catatan.
b. Catatan yang terdiri dari jurnal, Buku besar, dan buku
pembantu
c. Laporan, yang berisi keluaran atau hasil akhir dari
proses akuntansi. Laporan ini dapat berupa neraca, laporan laba-rugi, laporan
perubahan laba-ditahan, dan lain-lain.” (Mulyadi, 201:3-5)”
Sementara Nugroho Widjayanto menyatakan
bahwa tanpa memandang bentuk perusahaan, suatu sistem informasi selalu
terbentuk dari :
a. Serangkaian formulir tercetak, seperti faktur, nota
(Voucher), cek, dan laporan-laporan, yang dipergunakan untuk membangun sistem
akuntansi dan administrasi perkantoran, termasuk berbagai prosedur merupakan
dasar pembuatan ayat-ayat akuntansi.
b. Serangkaian buku, baik dalam bentuk fisik berupa
kartu-kartu dan buku-buku dalam pengertian harfiah, maupun dalam format hanya
terbaca oleh mesin. Buku-buku ini meliputi jurnal (journal, books of original
entry), maupun buku besar (ledger, subsidiary ledger)
c. Serangkaian laporan atau pernyataan (statement),
seperti misalnya neraca saldo, abstraksi buku besar, perhitungan laba rugi, dan
neraca.
d. Serangkaian kegiatan klerikal, termasuk operasi
pengolahan data elektronik, yang harus dilaksanakan untuk mencatat berbagai
informasi akuntansi pada formulir, buku, jurnal dan buku besar, serta dalam
penyusunan laporan dan surat
pernyataan.
e. Penggunaan peralatan klerikal, khususnya komputer,
mesin tik, sarana komunikasi untuk mentransfer data, yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan sistem.” (Widjayanto, 2001:4-5)
Jadi, unsur-unsur pokok sistem Informasi
ialah :
a. Formulir / bukti transaksi
b. Klasifikasi rekening
c. Jurnal
d. Buku besar dan buku pembantu
e. Laporan
2.1.4 Pengertian Sistem Informasi
Krismiaji (2002:16) memberikan pengertian tentang sistem informasi
sebagai berikut :
“Sistem informasi adalah cara-cara yang diorganisasi
untuk mengumpulkan, memasukan, mengolah, dan menyimpan data dengan cara-cara
yang diorganisasi untuk menyimpan, mengelola, mengendalikan, dan melaporkan
informasi sedemikian rupa sehingga sebuah organisasi dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan”.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik
kesimpulan, sistem informasi adalah alur yang diorganisasikan untuk
mengumpulkan, mengolah data dan akhirnya dapat melaporkan data-data tersebut
dengan lebih akurat.
2.1.5 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Krismiaji (2002:4) memberikan pengertian tentang sistem informasi
akuntansi sebagai berikut :
“Sistem Informasi Akuntansi adalah sistem yang
memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk
merencanakan, mengendalikan, dan mengoperasikan bisnis”.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan,
sistem Informasi Akuntansi ialah alur atau proses yang digunakan untuk
mengumpulkan dan memproses data-data akuntansi yang dibutuhkan perusahaan.
2.1.6 Tujuan Sistem Akuntansi
Penjelasan
mengenai tujuan umum sistem akuntansi yang diungkapkan oleh Mulyadi adalah
sebagai berikut :
1. “Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan
usaha baru.
2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh
sistem yang sudah ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur
informasinya.
3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan
pengecekan intern, yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan (reliability)
informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai
pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan.
4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan
catatan akuntansi.”(Mulyadi, 2001:19).
2.1.7 Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi
Cushing (dalam Ruchyat Kosasih,
1995:329), mengemukakan karakteristik
sistem informasi akuntansi sebagai berikut :
a. Kegunaan
Sistem harus menghasilkan informasi yang tepat waktu
dan relevan sehingga berguna bagi manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan
b. Ekonomis
Seluruh komponen sistem harus dapat memberikan
sumbanganyang lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan
c. Kendala
Hasil pengolahan (Output) sistem harus mempunyai
tingkat ketelitian yang tinggi dan harus mampu beroperasi secara efektif.
d. Pelayanan Langganan
Sistem harus memberikan pelayanan yang baik dan
efisien kepada para pelanggan.
e. Kapasitas
Sistem harus mempunyai kapasitas yang memadai untuk
menangani periode-periode operasi puncak seperti halnya periode aktivitas
normal.
f.
Kesederhanaan
Sistem harus sederhana sehingga struktur dn operasinya
dapat dimengerti dengan mudah dan seluruh prosedur-prosedur dapat diikuti
dengan mudah.
g. Fleksibilitas
Sistem harus cukup fleksibel dan dinamis untuk
menampung perubahan dan mengikuti perkembangan sesuai kebutuhan menajemen
2.1.8 Peranan Sistem Informasi Akuntansi
Krismiaji (2002:4) mengemukakan peranan sistem informasi sebagai berikut
:
a. Mengumpulkan transaksi dan data lain dan memasukannya
ke dalam sistem.
b. Memproses data transaksi
c. Menyimpan data untuk keperluan di masa mendatang
d. Menghasilkan informasi yang diperlukan dengan
memproduksi laporan, atau memungkinkan para pemakai untuk meliuhat sendiri data
yang tersimpan di komputer
e. Mengendalikan seluruh proses sedemikian rupa sehingga
rupa sehingga informasi yang dihasilkan akurat dan dapat dipercaya.
2.1.9 Tujuan Penyusunan Sistem Informasi Akuntansi
Secara umum Tujuan dari penyusunan Sistem
Informasi Akuntansi adalah :
1) Dapat memperbaiki produk dan jasa dengan meningkatkan
kualitas, mengurangi biaya, atau menambah atribut yang diinginkan konsumen
2) Dapat meningkatkan efesiensi dari sistem yang sudah
ada
3) Dapat memberikan informasi yang tepat waktu dan dapat
dipercaya untuk memperbaiki pembuatan keputusan
4) Dapat meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan
5) Dapat memperbaiki komunikasi
6) Dapat memperbaiki penggunaan pengetahuan
2.2 Struktur
Pengendalian Intern
Pengendalian dibutuhkan
untuk mengurangi eksposur-eksposur (penyimpangan). Suatu organisasi dipengaruhi
oleh eksposur yang dapat memberi akibat buruk bagi operasinya, bahkan sekalipun
organisasi itu berjalan dengan baik. Untuk itu manajemen harus mengembangkan
tujuan pengendalian yang rinci untuk setiap siklus transaksi karena analisis
eksposur dalam organisasi sering dikaitkan dengan konsep siklus transaksi.
Struktur Pengendalian intern suatu pihak mencakup kebijakan dan
prosedur-prosedur yang ditetapkan untuk menjamin bahwa tujuan perusahaan dapat
tercapai. (Bornard & Hopwood, 2000:174)
2.2.1 Pengertian
Struktur Pengendalian Intern
Pada awal perkembangannya
istilah sistem pengendalian intern dimulai dengan istilah internal cek, yang
kemudian sejak tahun 1949 berubah menjadi sistem pengendalian intern. Pada
dasarnya sistem pengendalian intern telah dikembangkan secara alamiah melalui
pengalaman atau trial and error, dan secara naluriah banyak ditemukan
pada para pengusaha tradisional yang berusaha mengembangkan sistem pengendalian
intern dalam mengamankan hartanya, disamping berkembang secara alamiah sistem
pengendalian intern juga berkembang sesuai kebutuhan.
Konsep pengendalian
intern menurut Krismiaji adalah:
rencana
organisasi dan metoda yang digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva,
menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya, memperbaiki efisiensi,
dan untuk mendorong ditaatinya kebijakan manajemen. Sedangkan pengendalian
intern menurut Krisimiaji adalah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan untuk
memberikan jaminan yang layak bahwa tujuan khusus organisasi akan dicapai.
(Krismiaji, 2001:218-219)
Bornard & Hopwood
mengartikan pengendalian intern sebagai kebijakan dan prosedur-prosedur untuk
menyediakan jaminan yang memadai bahwa tujuan-tujuan perusahaan dapat dicapai
(Bornard & Hopwood, 2000:174
Kesimpulan menurut dua
pendapat diatas adalah pengendalian intern merupakan metoda yang digunakan,
yang pada intinya bertujuan untuk melindungi asset perusahaan, dan memberikan
sebuah ouput dalam bentuk laporan yang akurat dan efisien agar tujuan
organisasi dapat tercapai
2.2.2 Elemen-elemen
Struktur Pengendalian Intern
Bornard & Hopwood
enyatakan bahwa dalam pengendalian intern perusahaan terdapat tiga elemen
pokok, yaitu : lingkungan pengendalian, sistem akuntansi, dan prosedur-prosedur
pengendalian (Bornard & Hopwood, 2000:174)
Sedangkan krismiaji
(2000: 222-223) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern memiliki tiga
elemen yaitu :
1. Lingkungan pengendalian, yang menggambarkan efek
kolektif dari berbagai faktor penetapan, peningkatan, atau penurunan
efektifitas prosedur dan kebijakan khusus
2. Sistem Akuntansi, yang terdiri atas metoda dan catatan
yang diterapkan untuk mengidentifikasi, merangkai, menganalisis, menggolongkan,
mencatat, dan melaporkan transaksi-transaksi perusahaan dan untuk memelihara
akuntabilitas aktiva dan kewajiban yang terkait.
3. Prosedur pengendalian, yaitu kebijakan dan prosedur
yang ditambahkan kelingkungan pengendalian dan sistem akuntansi yang telah
diterapkan oleh menajemen untuk memberikan jaminan yang layak bahwa tujuan
khusus organisasi akan terapai.
2.2.3 Unsur-Unsur
Pengendalian Intern
Menurut Nugroho
Widjajanto, “Suatu struktur pengendalian intern harus memiliki usur-unsur pokok
sebagai berikut:
a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab
fungsional secara tegas
b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang
memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan
biaya
c. Pelaksanaan kerja yang sehat dalam melaksanakan tugas
dan fungsi setiap organisasi
d. Karyawan yang berkualitas sesuai dengan tanggung jawab
yang dipikulnya .” (Widjajanto, 2001:18)
Sedangkan Mulyadi
(2000:166-174) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern yang memuaskan
diperoleh dari sistem yang dikoordinasi, yang tidak hanya mengamankan
aktiva-aktiva perusahaan tetapi meliputi pula prosedur yang dapat dipercaya
dengan biaya yang rendah. Sistem pengendalian intern yang dikoordinasi tersebut
akan meliputi unsur-unsur sebagai berikut :
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional
secara tegas. Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi ini
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan
dari fungsi akuntansi
b. Tidak ada satu departemen pun diberi tanggung jawab
untuk melaksanakan semua tahap transaksi
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang
memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan
biaya. Klasifikasi ini dapat dilakukan dalam rekening-rekening buku besar dan
susunannya disebut dengan chart of account. Formulir merupakan media
perekam penggunaan wewenang dan dokumen untuk pencatatan transaksi dalam
catatan akuntansi. Dengan demikian sistem otorisasi akan menjamin dihasilkannya
dokumen pembukuan yang dapat dipercaya.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi
setiap unit organisasi. Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang
dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik
jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam
pelaksanaannya. Praktik yang sehat itu adalah :
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang
pemakaiannya harus dipertanggung jawabkan oleh yang berwenang.
b. Pemeriksaan mendadak
c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai
akhir oleh satu orang atau satu organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang
atau unit organisasi lain.
d. Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin akan
menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga
persengkokolan diantara mereka dapat dihindari.
e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak,
sehingga jika terjadi kecurangan dalam departemen yang bersangkutan, diharapkan
dapat diungkap oleh pejabat yang menggantikan sementara.
f.
Secara periodic diadakan kecocokan fisik kekayaan
dengan catatannya untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan
dapat dipercaya tidaknya catatan akuntansi yang ada.
g. Pembentukan unit organisasi yang bertugas mengecek
keefektifan elemen-elemen sistem pengendalian intern yang lain. Unit organisasi
ini disebit Satuan Pengawasan Intern atau Staff Pemeriksa Intern.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya, berbagai cara
berikut ini dapat ditempuh :
a. Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang
dituntut oleh pekerjaannya
b. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi
karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya
Kesimpulannya
pengendalian intern akan melibatkan struktur organisasi sebagai pemisah
tanggung jawab, dan wewenang, yang harus direalisasikan atau dipraktikan oleh
karyawan yang bermutu dan mengerti tentang tanggung jawabnya dalam perusahaan
itu.
2.2.4 Klasifikasi
Pengendalian Intern
Menurut Krismiaji
(2002:220-221), prosedur pengendalian khusus yang digunakan dalam sistem ini
dapat diklasifikasikan ke dalam klasifikasi sebagai berikut :
1. Menurut Tujuannya, pengendalian dikelompokan menjadi
tiga, yaitu:
a. Pengendalian Preventif, dimaksudkan untuk mencegah
masalah sebelum masalah tersebut terjadi.
b. Pengendalian detektif, dimaksudkan untuk menemukan
masalah tersebut segera setelah masalah tersebut terjadi, misalnya melakukan
pegecekan ulang, membuat rekonsiliasi bank, dan lain-lain.
c. Pengendalian korektif, dimaksudkan untuk memecahkan
masalah yang ditemukan oleh pengendalian detektif dengan cara :
Mengidentifikasi penyebab munculnya masalah, membetulkan berbagai kesalahan
yang terjadi dan memodifikasi sistem sehingga masalah yang sama di masa
mendatang dapat diminimumkan
2. Menurut Waktu pelaksanaannya, pengendalian dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Pengendalian umpan balik (Feedbak Control),
adalah pengendalian yang masuk dalam pengawasan detektif, karena jenis
pengawasan ini mengukur proses dan menyesuaikannya apabila terjadi penyimpangan
dari rencana semula.
b. Pengendalian dini (Feedforward Control), adalah
pengendalian yang termasuk dalam pengendalian preventif, karena jenis
pengawasan ini memonitor proses dan input untuk memprediksi kemungkinan masalah
yang akan terjadi (potential problems)
3. Menurut objek yang dikendalikannya, pengendalian
dikelompokan menjadi dua, yaitu :
a. Pengawasan umum (general control), adalah
pengawasan yang dirancang untuk menjamin bahwa lingkungan pengawasan organisasi
mantap dan dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektifitas pengawasan
aplikasi.
b. Pengawasan apliksi (application control),
adalah pengawasan yang digunakan untuk mencegah, mendeteksi, dan membetulkan
kesalahan transaksi saat transaksi tersebut diperoleh.
4. Menurut tempat implementasi dalam siklus pengolahan
data, pengawasan dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Pengawasan input, dirancang untuk menjamin bahwa hanya
data yang sah, akurat, dan diotorisasi saja yang dimasukan kedalam proses.
b. Pengawasan proses, dirancang untuk menjamin bahwa seua
transaksi diproses secara lengkap dan akurat, dan semua file dan recor di
update secara tetap.
c. Pengawasan output, dirancang untuk menjamin bahwa
keluaran sistem diawasi dengan semestinya
Kesimpulannya berbagai
bentuk yang diteorikan dalam pengendalian intern, tujuannya adalah sama yakni
meminimalisir permasalahan yang akan terjadi, baik pada sistem alurnya maupun
implementasi dari sistem yang dibentuk perusahaan tersebut
2.2.5 Keterbatasan
Pengendalian Intern
La Midjan (2001:68) mengemukakan bahwa
“betapapun baiknya sistem pengendalian intern yang
dihasilkan oleh sistem akuntansi yang ada, pada pelaksanaanya tidak akan
berjalan dengan baik apabila tidak didukung oleh antara lain pegawai yang
berkualitas dan memadai, seperti kerja sama yang tidak sehat, kualitas mental yang
tidak baik. Selain itu, faktor biaya tenaga dan alat-alat yang mungkin akan
memberatkan perusahaan dalam memberatkan sistem pengendalian intern”
2.3
Piutang
2.3.1 Pengertian
Piutang
Menurut Ikatan
Akuntansi Indonesia (2003:36) dalam bukuya yang berjudul penyusunan dan
penyajian Laporan Keuangan mengemukakan bahwa :
“Istilah piutang dapat digunakan bagi
semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang dan jasa. Untuk
tujuan akuntansi istilah piutang adalah berupa klaim yang diharapkan akan direalisasikan
melalui penerimaan kas.”
Sedangkan menurut
Niswonger, Fess dan Waren (1997:352) mengemukakan sebagai berikut :
“Istilah piutang (receivable)
meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap perorangan, organisasi atau
debitur lainnya. Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi, dimana yang
paling umum ialah dari pejualan barang ataupun jasa kredit.”
Dari kedua pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa piutag adalah klaim yang dibebankan yang akan
direalisasikan dalam bentuk uang yang masuk dalam penerimaan kas
2.3.2 Pengertian
Pengendalian Piutang
Menurut Niswonger, Fess
dan Waren (1997:352) mengemukakan sebagai berikut :
“prosedur rinci dan kebijakan yang
dipergunakan manajemen untuk mengendalikan operasi perusahaan disebut
pengendalian internal.”
“pengendalian akan mencakup pemisahan
operasi perusahaan dan akuntansi untuk piutang, sehingga catatan akuntansi
dapat berlaku sebagai pengecekan independen terhadap operasi.”
Sedangkan pengertian
pengendalian yang dikemukakan oleh Sutanto dalam (2004:98) sebagai berikut :
“Pengendalian meliputi semua metode,
kebijakan dan prosedur organisasi yang menjamin harta kekayaan perusahaan,
akurasi dan kelayakan data manajemen serta standar operasi manajemen lainnya.”
Berdasarkan pendapat
tersebut, maka pengendalian sangat penting untuk dilaksanakan agar dapat
menjamin harta kekayaan perusahaan, dan sebagai alat pengecekan independen
terhadap operasi perusahaan.
Dengan demikian
pengertian pengendalian piutang adalah suatu metode, prosedur, dan kebijakan
perusahaan dalam mengamankan piutang yang ditimbulkan akibat penjualan yang
dilakukan oleh perusahaan.
2.3.4 Tujuan
Pengendalian Piutang
Sebagaimana
dikemukakan oleh Susanto (2004:98)
mengenai tujuan pengendalian internatas piutang adalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa tujuan
dari setiap aktivitas akan dicapai
2. Untuk mengurangi resiko yang akan dihadapi oleh
perusahaan karena kejahatan, bahaya atau kerugian yang disebabkan oleh
penipuan, kecurangan, atau penggelapan.
3. Untuk memberikan jaminan yang meyakinkan dan dapat
dipercaya bahwa semua tanggung jawab hukum telah dipenuhi.”
Berdasarkan pendapat
tersebut, maka pengendalian piutang mutlak harus dilakukan dengan tujuan antara
lain :
1. Untuk menjamin keamanan uang atau kas sebagai
pendapatan usaha perusahaan hasil penjualan kain yang berupa Piutang usaha
2. Untuk mengurangi resiko yang akan timbul bagi
perusahaan akibat dari kejahatan dan kerugian yang disebabkan oleh penipuan,
kecurangan dan penggelapan dari hasil penjualan.
3. Untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa yang
berkaitan dengan piutang dapat dipertanggung jawabkan baik secara administrasi
aupun secara hukum.
4. Untuk menjamin kelangsungan aktivitas operasi
perusahaan karena pendapatan usaha perusahaan yang terbesar adalah dari
penjualan kain yang tersedia.
2.3.5 Komponen
Pengendalian Piutang
Pengendalian intern
memiliki lima komponen, sebagaimana dikemukakan oleh Sutanto (2004:104) adalah
sebagai berikut :
1. Pengendalian lingkungan (Control Environment)
Pengendalian
lingkungan adalah pembentukan suasana organisasi serta member kesadaran tentang
perlunya pengendalian bagi suatu organisasi.
2. Menilai Resiko
Menilai
resiko merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dalam mengidentifikasi
dan menganalisis resiko yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya.
3. Pengendalian aktivitas
Pengendalian
aktivits adalah kebijakan dan prosedur yang dimiliki manajemen untuk memberikan
jaminan yang meyakinkan bahwa manajemen telah dijalankan sebagaimana
seharusnya.
4. Informasi dan Komunikasi
Informasi
dan komunikasi diperlukan oleh semua tingkatan manajemen organisasi untuk
mengambil keputusan, laporan keuangan dan mengetahui kepatuhan terhadap
kebijakan yang telah ditentukan.
5. Monitoring (pengawasan)
Monitoring
(pengawasan) merupakan proses penilaian terhadap kualitas kinerja sistem
pengendalian intern.”
2.3.6 Keterbatasan
Pengendalian Piutang
Ada beberapa
keterbatasan dari pengendalian intern, sehigga pengendalian tidak dapat
berfungsi. Menurut Susanto (2004:17) adalah sebagai berikut :
a. Kesalahan (error) . Kesalahan muncul ketika pegawai
melakukan pertimbangan yag salah atau perhatiannya selama bekerja terpecah.
b. Kolusi (collusion). Kolusi terjadi ketika dua atau
lebih pegawai berkonspirasi untuk melakukan pencurian (korupsi) ditempat mereka
bekerja.
c. Penyimpangan manajemen. Karena manajer suatu
organisasi memiliki lebih banyak otoritas dibandingkan pegawai biasa, proses
pengendalian efektif pada tingkat manajemen bawah dan tidak efektif pada
tingkat atas.
d. Manfaat dan biaya. Konsep jaminan yang meyakinkan atau
masuk akal mengandung arti bahwa biaya pengendalian intern tidak melebihi
manfaat yang dihasilkan. Pengendalian yang masuk akal adalah pengendalian yang
memberikan manfaat lebh tinggi dari biaya yang dikeluarkannya untuk melakukan
pengendalian tersebut.”
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pengendalian intern yang telah ada secara fisik
harus ditunjang oleh tanggung jawab yang tinggi dari pelaksanannya
BAB
III
GAMBARAN OBJEK
3.1
Sejarah
Singkat Perusahaan
PT Sinar Pangjaya Mulia perusahaan
berbadan hukum yang didirikan menggunakan akta notaris sebagai PMDN pada tahun
1984. Awal Berdirinya PT Sinar Pangjaya Mulia bergerak dibidang perajutan dan
pada tahun 1992 PT Sinar Pangjaya Mulia mengembangkan usahanya yang semula
hanya bidang perajutan kini bergerak juga dibidang garment dan hal tersebut
berlanjut hingga sekarang.
Untuk dapat meningkatkan pangsa pasar maka
PT Sinar Pangjaya Mulia mengembangkan produksi yaitu dengan membuat springbed
dan pembungkus kursi mobil dengan bahan rajut
3.1.1
Visi Perusahaan
PT Sinar Pangjaya mempunyai
misi menjadi perusahaan dibidang perajutan benang dan garmen yang tangguh dan
mampu menjadi terdepan dalam pangsa pasar domestik. Sebagai ukuran kongkrit
maka visi yang dilaksanakan harus didukung dengan parameter bahwa PT Sinar
Pangjaya Mulia harus :
a. Mampu memberikan pelayanan yang sangat berkualitas
kepada konsumen
b. Berperan aktif dalam pasar regional
c. Perusahaan harus memiliki sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi serta berorientasi kepada pelanggan untuk kepuasan
pelanggan.
3.1.2 Misi
Perusahaan
Dengan melihat latar belakang
dan tantangan ke depan PT Sinar Pangjaya Mulia memiliki misi :
Menyelenggarakan usaha
perajutan benang dan garmen yang bermutu tinggi pada pangsa pasar domestik
bahkan mampu bersaing di pasar internasional karena PT Sinar Pangjaya Mulia
juga melebarkan usahanya selai di dalam negeri juga sudah mampun ke pasar
internasional contohnya Malaysia, Jepang, Dubai, serta mampu menjaga
profitabilitas perusahaan.
3.2
Struktur Organisasi
Perusahaan
Suatu Organisasi
atau suatu perusahaan merupakan suatu sistem. Suatu Sistem dibangun oleh
subsistem-subsistem yang saling berhubungan dan bekerja sama.
Subsistem-subsistem itu dikoordinasikan dalam suatu struktur organisasi.
Struktur
Organisasi didentifikasikan dengan bagaimana tugas dialokasikan, siapa melapor
kepada siapa dalam mekanisme koordinasi serta pola-pola interaksi yang akan
diikuti. Struktur organisasi dari suatu perusahaan sangat tergantung dari jenis
perusahaanya, skala perusahaan, lingkungan, dan pengaruhya, daerah operasi
perusahaan dan juga kompleksitas perusahaan.
Struktur
organisasi harus dapat menarik garis yang tegas antara wewenang dan tanggug
jawab setiap posisi dan mengharmonisasikan posisi-posisi tersebut sehingga
setiap organisasi dapat bekerjasama dengan baik. Pembuatan struktur organisasi
dimaksudkan untuk memudahkan manajemen perusahaan didalam mencapai tujuan.
Adapun struktur organisasi yang dikenal diantaranya :
1.
Organisasi Lini atau
Garis
Organisasi
ini mempunya bentuk yang sederhana, biasanya dipakai pada organisasi militer,
dimana bawahan hanya memiliki dan mengenal satu pemimpin.
Kebaikan :
a. Sederhana
b. Cepat dalam pengambilan
keputusan
c. Penuh tanggung jawab
d. Mudah memelihara displin
dan dapat memanfaatkan tenaga yang kurang cakap.
Keburukan :
a. Kurangya tenaga ahli
b. Sulit diadakannya
koordinasi
c. Besarnya kepercayaan
kepada pemimpin mudah mengalihkan wewenang untuk pekerjaan yang sifatya
sukarela
2.
Organisasi Lini dan Staff
Yaitu organisasi yang disusun orang-orangnya secara langsung ikut serta dalam
mencapai tujuan dan dibantu oleh staff. Bentuk ini pada umumnya dipakai
dilingkungan pemerintah. Staff yang dimaksud adalah unit-unit yang tidak secara
langsung ikut serta mencapai tujuan, tetapi hanya memberikan kontribusi dala
hal-hal yang tidak langsng dengan menyediakan bantuan dibidang tertentu baik
untuk kepentingan unit staff sendiri maupun unit lini.
Kebaikan :
a. Adanya perbaikan tugas
dan pekerjaan akan menjadi sempurna
b. Kerjasama, koordinasi dan
pegembalian dapat dilakukan sebaik-baiknya
c. Pengembangan bakat
segenap anggota organisasi terjamin
d. Pimpinan lebih leluasa
memberikan saran terhadap tugas khusus diluar bagian lainnya.
Keburukan :
a. Tugas pokok organisasi
seringkali dinomor duakan
b. Intruksi untuk dan proses
pengambilan keputusan tidak bisa berjalan dengan cepat dan seringkai berhenti
c. Antara kelompok kerja
seringkali terjadi persaingan tidak sehat
d. Kadang-kadang staff tidak
lagi memberikan saran kepada pemimpin melainkan perintah sehingga menimbulkan
pertentangan dengan manajer-manajer lain
e. Dapat menimbulkan
anggapan bahwa para petugas lebih percaya staff dari pada atasannya
3.
Organisasi Fungsi
Organisasi ini pada umumya terdapat pada organisasi
niaga. Dalam organisasi ini disusun atas dasar kegiatan dari tiap-tiap fungsi
sesuai dengan kepentingan perusahaan. Dimana tiap-tiap fungsi atau kegiatan
seolah-olah terpisah berdasarkan atas bidang keahliannya.
Kebaikan :
a. Adanya pembagian
pekerjaan yang sempurna
b. Kesempatan bagi
pegawainya untuk berkembang
c. Ikut sertanya para
pegawai dalam pengambilan keputusan
d. Kesempurnaan dalam
membuat analisa pekerjaan
e. Adanya kerjasama yang
baik dan fleksibilitas
Keburukan :
a. Suatu sistem yang begitu
ruwet
b. Koordinasi menjadi hal
yang sangat vital
c. Disiplin sukar dapat
ditegakan
d. Sukar mendapatkan
pimpinan yang mempunyai pengetahuan yang luas karena persyaratannya berdasarkan
tingkat-tingkat keahlian
4.
Organisasi Panitia
Panitia adalah sekelompok orang-orang yang ditunjuk untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh
seseorang atau sebuah dewan.
Kebaikan :
a. Adanya dorongan kerjasama
secara sukarela
b. Adanya koordinasi secara
koordinasi
c. Sumbangan adanya
kelanjutan kebijaksanaan
d. Dapat membuat rekomendasi
secara kolektif
e. Memainkan peranan sebagai
pendidik
Keburukan :
a. Dalam sistem ini tanggung
jawab dibagi-bagi antara anggota
b. Mendorong adanya kompromi
c. Kurang adanya sifat-sifat
kepemimpinan
d. Banyak waktu yang
terbuang oleh para anggota sehingga tidak memadai untuk melaksanakan program
kegiatan yang tertentu
Dari kempat bentuk organisasi diatas maka PT Sinar
Pangjaya Mulia termasuk kedalam bentuk organisasi fungsional karena perusahaan
ini disusun berdasarkan kegiatan dari tiap-tiap fungsi sesuai dengan
kepentingan perusahaan. Bentuk Organisasi ini juga pada umumya terdapat pada
organisasi niaga.
Adapun Wewenang
dan tanggung jawab masing-masing hierarki adalah sebagai berikut :
1.
PIMPINAN
a.
Memimpin, mengelola serta bertanggung jawab atas seluruh
aktivitas yang dilaksanakan oleh perusahaan
b.
Memantapkan tugas dan wewenag dari setiap manajer yang
bertanggung jawab kepadanya
c.
Merumuskan tujuan perusahaan dan menetapkan garis besar
kebijakan perusahaan
d.
Melakukan koordinasi dan pengendalian disemua organisasi
disemua organisasi sehingga terciptanya keserasian kerja
e.
Melakukan kontrol terhadap aktivitas seua bagian dalam
organisasi
2.
PPIC
a.
Mengajukan usul kepada pimpinan untuk perbaikan sistem
perencanaan produksi
b.
Berhak menegur bawahan, dengan disertai sarn-sarn yang
bersifat koreksi atas penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan tugas
c.
Bertanggung jawab langsung kepada pimpinan
d.
Bertanggung jawab atas pembuatan laporan yang menyangkut
masalah kualitas atas barang yang diproduksi
e.
Bertanggung jawab atas kelancaran produksi
3.
KEPALA GUDANG
a.
Mengajukan usul kepada pimpinan untuk perbaikan proses
penyimpanan kain di Gudang
b.
Berhak menegur bawahan, dengan disertai sarn-sarn yang
bersifat koreksi atas penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan tugas
c.
Bertanggung jawab langsung terhadap departemen PPIC atas
hasil kerjanya
d.
Bertanggung jawab terhadap persediaan yang ada di gudang
4.
KEPALA PRODUKSI
a.
Mengajukan usul kepada pimpinan untuk perbaikan sistem
perencanaan produksi
b.
Berhak menegur bawahan, dengan disertai sarn-sarn yang
bersifat koreksi atas penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan tugas
c.
Bertanggung Jawab langsung kepada departemen PPIC
d.
Bertanggung jawab terhadap penyediaan laporan yang
menyangkut masalah kualitas atas barang yang diproduksi
e.
Bertanggung jawab atas kelancaran produksi
5.
KEPALA REGU WARPING
a.
Mengajukan usul kepada pimpinan untuk perbaikan sistem perencanaan
produksi
b.
Berhak menegur bawahan, dengan disertai sarn-sarn yang
bersifat koreksi atas penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan tugas
c.
Bertanggung jawab langsung kepada kepala produksi
d.
Bertanggung jawab terhadap pembuatan laporan yang
menyangkut masalah kualitas atas barang yang diproduksi
e.
Bertanggung jawab atas kelancaran produksi
f.
Bertanggung jawab atas pemakaian sparepart
6.
KEPALA REGU RASCHELL
a.
Mengajukan usul kepada pimpinan untuk perbaikan sistem
perencanaan produksi
b.
Berhak menegur bawahan, dengan disertai sarn-sarn yang
bersifat koreksi atas penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan tugas
c.
Bertanggung jawab langsung kepada kepala produksi
d.
Bertanggung jawab terhadap pembuatan laporan yang
menyangkut masalah kualitas atas barang yang diproduksi
e.
Bertanggung jawab atas kelancaran produksi
f.
Bertanggung jawab atas pemakaian dan penggunaan sparepart
7.
OPERATOR
a.
Bertanggung jawab langsung kepada kepala regu
b.
Bertanggung jawab terhadap hasil produksi atau
komponen-komponen yang ada dibagiannya
c.
memperhatikan dan menaati fungsi, wewenang, tanggung
jawab dan peraturan serta kebijakan perusahaan.
3.3
Aktivitas Usaha PT Sinar
Pangjaya Mulia Divisi Raschel
3.3.1
Jenis Benang yang dipakai
No.
|
Jenis
Benang
|
Merk
|
Lot
|
|
1
|
NYLON
FILL 15-1762
|
DUPON
|
8082
|
|
2
|
NYLON
FILL 20-1 BY
|
INDACHI
|
00A0
|
|
3
|
NYLON
FILL 30-1 B
|
INDACHI
|
03A0
|
|
4
|
NYLON
FILL 30-1 B
|
INDACHI
|
04A0
|
|
5
|
NYLON
FILL 30-1 B
|
INDACHI
|
01A0
|
|
6
|
NYLON
FILL 30-1 B
|
INDACHI
|
05A0
|
|
7
|
NYLON
FILL 30-1 B
|
INDACHI
|
07A0
|
|
8
|
NYLON
FILL 40-10 FR
|
INDACHI
|
01A0
|
|
9
|
NYLON
FILL 40-10 FR
|
INDACHI
|
02A0
|
|
10
|
NYLON
FILL 40-10 FR
|
INDACHI
|
03A0
|
|
11
|
NYLON
FILL 40-12 FU
|
INDACHI
|
02A0
|
|
12
|
NYLON
FILL 40-10-2694
|
ITS
|
*05
|
|
13
|
NYLON
FILL 40D/12F FD
|
PRS
|
JB071106
|
|
14
|
NYLON
FILL 40-10-2694
|
ITS
|
*09
|
|
15
|
NYLON
FILL 40-10-2694
|
ITS
|
*08
|
|
16
|
NYLON
FILL 40-10 FD
|
ACELAN
|
G04-14
|
|
17
|
NYLON
FILL 40-12 BYR
|
INDACHI
|
00A0
|
|
18
|
NYLON
FILL 40-12 BYR
|
INDACHI
|
02A0
|
|
19
|
NYLON
FILL 40D/12F BRT
|
PRS
|
BTF070603
|
|
20
|
NYLON
FILL 40-12 SPK
|
HYOSUNG
|
QA42
|
|
21
|
NYLON
FILL 40-12 SPK
|
HYOSUNG
|
F750
|
|
22
|
NYLON
FILL 40-12 TBR
|
ACELAN
|
M64-21B
|
|
23
|
NYLON
40-13 BYU
|
INDACHI
|
01A0
|
|
No.
|
Jenis
Benang
|
Merk
|
Lot
|
|
24
|
NYLON
40-13 BYU
|
INDACHI
|
02A0
|
|
25
|
NYLON
40-13 BYU
|
INDACHI
|
03A0
|
|
26
|
NYLON
FILL 40-13 FD
|
HYOSUNG
|
Q491
|
|
27
|
NYLON
FILL 40-13 FD
|
HYOSUNG
|
Q494
|
|
28
|
NYLON
FILL 40-13-21Y4
|
ITS
|
10
|
|
29
|
NYLON
FILL 40-13-21Y4
|
ITS
|
*02
|
|
30
|
NYLON
FILL 70-17-204(F7)
|
ITS
|
*07
|
|
31
|
NYLON
FILL 70-24 BYR
|
INDACHI
|
05A0
|
|
32
|
NYLON
FILL 70-24 BYR
|
INDACHI
|
06A0
|
|
33
|
NYLON
FILL 70-24 BYR
|
INDACHI
|
03A0
|
|
34
|
NYLON
FILL 70-24 BYR
|
INDACHI
|
08A0
|
|
35
|
NYLON
FILL 70-24 BYR
|
INDACHI
|
09A0
|
|
36
|
NYLON
FILL 70-24 SR
|
INDACHI
|
00A0
|
|
37
|
NYLON
FILL 70-24 SR
|
INDACHI
|
01A0
|
|
38
|
NYLON
FILL 70-24 SD
|
ACELAN
|
747-9B
|
|
39
|
NYLON
FILL 70-24 SU
|
INDACHI
|
00A0
|
|
40
|
NYLON
FILL 70-24-2294-CH
|
ITS
|
*02
|
|
41
|
NYLON
FILL 70-24-2294-CH
|
ITS
|
*03
|
|
42
|
NYLON
FILL 70-24-309-BO
|
ITS
|
*04
|
|
43
|
NYLON
TEXT 40D/174 F SD
|
ACELAN
|
4146Z
|
|
44
|
NYLON
FILL 70D/24F SD BLACK
|
PRS
|
GS
MB070706
|
|
45
|
NYLON
FILL 70D/24F SD BLACK
|
PRS
|
GS
M30070920
|
|
46
|
NYLON
FILL 50-10-2694
|
ITS
|
*02
|
|
47
|
POLY
FILL 40/24 SDY SDE
|
HYOSUNG
|
1359
|
|
48
|
POLY
FILL 50/24 SDY SDC
|
POLYSINDO
|
91108_J(9)
|
|
49
|
POLY
FILL 50-24-360-BO
|
ITS
|
36
|
|
50
|
POLY
FILL 50-24-260-BO
|
ITS
|
36
|
|
51
|
POLY
FILL 50-36-S960
|
ITS
|
56
|
|
52
|
POLY
FILL 75-36-260(N10)
|
ITS
|
31
|
|
53
|
POLY
FILL 75-36-260(PO)
|
ITS
|
36
|
|
54
|
POLY
FILL 75-36-260(PO)
|
ITS
|
30
|
|
55
|
POLY
FILL 75-36-260(N10)
|
ITS
|
36
|
|
56
|
POLY
FILL 75-36-260(N1)
|
ITS
|
38
|
|
57
|
POLY
FILL 75-36-260-BO
|
ITS
|
38
|
|
58
|
POLY
FILL 75-36-S960(N10)
|
ITS
|
50
|
|
59
|
POLY
FILL 75-36-260-BO
|
ITS
|
36
|
|
No.
|
Jenis
Benang
|
Merk
|
Lot
|
|
60
|
POLY
FILL 75-36-S960-BO
|
ITS
|
50
|
|
61
|
POLY
FILL 200-96-S910
|
ITS
|
30
|
|
62
|
POLY
FILL 75/36 SDY SDC
|
-
|
9222
|
|
63
|
POLY
FILL 75/36 SDY SDC
|
TEXMACO
|
9226_J(9)
|
|
64
|
POLY
FILL 75/36 SDY SDC
|
TEXMACO
|
7025_J(9)
|
|
65
|
POLY
FILL 75/36 SDY SDC
|
TEXMACO
|
7031_J(9)
|
|
66
|
POLY
FILL 75/36 SDY SDC
|
TEXMACO
|
9230_J(9)
|
|
67
|
POLY
FILL 75/36 SDY SDC
|
POLYSINDO
|
9315
|
|
68
|
POLY
FILL 75/36 SDY SDC
|
POLYSINDO
|
7043_J(9)
|
|
69
|
POLY
FILL 75/36 SBT SDY
|
POLYSINDO
|
93207_J(7,5)
|
|
70
|
POLY
FILL 75-36-260(N10)
|
ITS
|
30
|
|
71
|
POLY
FILL 75-36-S960(N10)
|
ITS
|
30
|
|
72
|
POLY
FILL 75/36 1A BRIGHT
|
SULINDAFIN
|
BR73017
|
|
73
|
POLY
TEXT 75/1-36 SD
|
TEXFIBRE
|
1398.22
|
|
74
|
POLY
TEXT 75/36
|
POLYFIN
|
2204
|
|
75
|
POLY
TEXT 75/36
|
POLYSINDO
|
4R243XEQ
|
|
76
|
POLY
TEXT 75/36
|
POLYSINDO
|
4R24375
|
|
77
|
POLY
TEXT 75/36
|
POLYSINDO
|
4R350-75
|
|
78
|
POLY
TEXT 75/36
|
POLYSINDO
|
4R302-75
|
|
79
|
POLY
TEXT 75/36
|
POLYSINDO
|
73303
|
|
80
|
POLY
TEXT 75/36
|
POLYSINDO
|
73305
|
|
81
|
POLY
TEXT 150/48
|
-
|
4U198150
|
|
82
|
SPANDEX
20 D
|
CENTERLON
|
-
|
|
83
|
SPANDEX
30 D
|
ROICA
|
724
PV
|
|
84
|
SPANDEX
30 D
|
HYOSUNG
|
K269
|
|
85
|
SPANDEX
30 D
|
HYOSUNG
|
Z3572
|
|
86
|
SPANDEX
40 D
|
HYOSUNG
|
Z4659
|
|
87
|
SPANDEX
40 D
|
HYOSUNG
|
TJ
492
|
|
88
|
SPANDEX
40 D
|
HYOSUNG
|
Z4521
|
|
89
|
SPANDEX
40 D
|
HYOSUNG
|
Z4500
|
|
90
|
SPANDEX
40 D
|
HYOSUNG
|
Z4500
(L)
|
|
91
|
SPANDEX
40 D
|
HYOSUNG
|
Z4500
(R)
|
|
92
|
SPANDEX
40 D
|
HYOSUNG
|
Z4600
|
|
93
|
SPANDEX
40 D
|
HYOSUNG
|
Z4000
|
|
94
|
SPANDEX
40 D
|
ACELAN
|
5701
|
|
95
|
SPANDEX
40 D
|
LYCRA
|
T162B
|
|
No.
|
Jenis
Benang
|
Merk
|
Lot
|
|
96
|
SPANDEX
40 D
|
LYCRA
|
539B
|
|
97
|
SPANDEX
40 D
|
LYCRA
|
J49B
|
|
98
|
SPANDEX
40 D
|
LYCRA
BLACK
|
1A064
|
|
99
|
SPANDEX
40 D
|
LYCRA
|
T275B
|
|
100
|
SPANDEX
40 D
|
LYCRA
|
1U151
|
|
101
|
SPANDEX
40 D
|
ACELAN
|
5105-09
|
|
102
|
SPANDEX
40 D
|
ROICA
|
421
|
|
103
|
SPANDEX
40 D
|
ROICA
|
4917
|
|
104
|
SPANDEX
40 D
|
DORLASTAN
|
V500
|
|
105
|
SPANDEX
70 D
|
HYOSUNG
|
Z7650
|
|
106
|
SPANDEX
70 D
|
ROICA
|
351
SP
|
|
107
|
SPANDEX
70 D
|
LYCRA
|
T162C
|
|
108
|
SPANDEX
70 D
|
LYCRA
|
1U336
|
|
109
|
SPANDEX
70 D
|
ACELAN
|
7615-04
|
|
110
|
SPANDEX
70 D
|
TOPLON
|
747
|
|
111
|
SPANDEX
140 D
|
HYOSUNG
|
A4660
|
|
112
|
SPANDEX
140 D
|
HYOSUNG
|
A4664
|
|
113
|
SPANDEX
140 D
|
HYOSUNG
|
A4662
|
|
114
|
SPANDEX
140 D
|
HYOSUNG
|
A4665
|
|
115
|
SPANDEX
140 D
|
ROICA
|
501KS
|
|
116
|
SPANDEX
140 D
|
ROICA
|
751KS
|
|
117
|
SPANDEX
140 D
|
ROICA
|
755KS
|
|
118
|
SPANDEX
140 D
|
ROICA
|
421
|
|
119
|
SPANDEX
140 D
|
ROICA
|
754
|
|
120
|
SPANDEX
140 D
|
LYCRA
|
T162
C
|
|
121
|
SPANDEX
140 D
|
LYCRA
|
T146C
|
|
122
|
SPANDEX
140 D
|
LYCRA
|
1U430
|
|
123
|
SPANDEX
140 D
|
DUPON
|
T164
C
|
|
124
|
SPANDEX
140 D
|
ELASPAN
|
E02C
|
|
125
|
SPANDEX
140 D
|
ACELAN
|
E1401-23
|
|
126
|
SPANDEX
140 D
|
TEXLON
|
1507
|
|
127
|
SPANDEX
140 D
|
DORLASTAN
|
V500
|
|
128
|
SPANDEX
140 D
|
ELASPAN
|
EC246
|
|
129
|
SPANDEX
210 D
|
ROICA
|
773KS
|
|
130
|
SPANDEX
210 D
|
HYOSUNG
|
B1542
|
|
131
|
SPANDEX
210 D
|
-
|
262KS
|
|
No.
|
Jenis
Benang
|
Merk
|
Lot
|
|
132
|
SPANDEX
280 D
|
HYOSUNG
|
B8544
|
|
133
|
SPANDEX
280 D
|
HYOSUNG
|
B8545
|
|
134
|
SPANDEX
280 D
|
ROICA
|
282KS
|
|
135
|
SPANDEX
280 D
|
ROICA
|
C804
|
|
136
|
SPANDEX
280 D
|
LYCRA
|
1U532
|
|
137
|
SPANDEX
280 D
|
ACELAN
|
25B6555
|
|
138
|
SPANDEX
310 D
|
ROICA
|
784
|
Tabel 3.1
3.3.2 Kain
yang dihasilkan
|
Tabel 3.2
3.3.3
Distribusi dan Daerah
Pemasaran
PT Sinar Pangjaya Mulia bergerak dibidang perajutan dan garmen dimana untuk
perajutan 30 % digunakan memenuhi pesanan luar negeri (ekspor) dan 70 %
digunakan untuk memenuhi pesanan didaam negeri. Sedangkan untuk garmen sebesar
60% digunakan untuk memenuhi pesanan luar negeri. Untuk pemesanan dalam negeri
daerah-daerah pendistribusian selain Bandung adalah Jakarta, Bali, Surabaya,
sedangkan untuk luar negeri PT Sinar Pangjaya sudah mampu mengekspor ke
Malaysia, Jepang, Australia dan Dubai.
3.3.4
Metode Persediaan Bahan
Baku
Metode persediaan bahan baku pada PT Sinar Pangjaya Mulia yaitu : Pemesanan
bahan baku berdasarkan pada perkiraa bahan itu saja. Apabila penjualan
meningkat pada tahun berjalan, maka total jumlah pembelian persediaan bahan
baku akan ditambah, namun sebaliknya apabila penjualan menurun maka pembelian
persediaan bahan baku pada tahun berikutnya akan dikurangi.
3.3.5
Proses Produksi
Proses Produksi di PT Sinar Pangjaya Mulia adalah sebagai berikut :
1.
Dari bagian marketing menerima pesanan (Purchase Order)
bentuk kain serta berapa jumlah yang dipesan dari pihak konsumen yang
memerlukan
2.
Setelah menentukan bentuk pola kain maka dari marketing
order tersebut diteruskan ke bagian produksi dalam hal ini PPIC
3.
PPIC kemudian mengeluarkan stock benang dari gudang untuk
diteruskan ke bagian rajut benang untuk di proses menjadi kain Greige
4.
Setelah adanya follow up dari bagian penjualan mengenai
jenis dan jumlah pesanan maka benang yang tadi sudah diolah menjadi kain Greige
tersebut diteruskan ke bagian Dyeing untuk proses pencelupan dan ke bagian
Finishig untuk pengeringan dan Set Lebar Gramasi
5.
Setelah menjadi kain untuk tahap akhir masuk ke bagian
Quality Control untuk kemudian di packing dan siap diantarkan ke konsumen
|
|
PROSEDUR PENERIMAAN ORDER CUSTOMER
TUJUAN :
1. Memahami alur penerimaan order dari
customer
2. Proses
dokumen dari Sales Kontrak sampai dengan produksi
BAGIAN YANG TERKAIT :
1. Marketing
2. Direktur
3. Accounting
4. PPIC
5. Gd Benang
6. Produksi
PROSEDUR :
1. Customer melakukan pemesanan kain (PO) via phone atau melalui Fax ke marketing
2. Marketing membuat Sales Kontrak rangkap 2
3. SC diajukan ke direktur untuk diperiksa
4. SC dittdi dan diserahkan kembali ke
marketing
5. Marketing memberikan copy SC ke
Accounting, sedangkan aslinya diarsip marketing berdasarkan nomor urut.
6. Marketing menerbitkan Job Order ke PPIC
7. PPIC membuat memo produksi rangkap 2,
memo 1 untuk gudang benang, memo 2 untuk
produksi
8. Gd benang menyiapkan benang dan membuat
bukti pengeluaran benang rangkap 3 : asli diberikan ke produksi, copy 1
diberikan ke accounting dan copy 2 diarsip sesuai nomor urut
9. Bag Produksi melakukan proses produksi.
PROSEDUR
PRODUKSI S/D PENGIRIMAN KAIN :
TUJUAN :
1. Mengetahui flow barang dari grey s/d
barang siap diekspedisi
2. Alur proses pembuatan faktur penjualan.
BAGIAN YANG TERKAIT :
1. Produksi
2. Gd Grey
3. Makloon Celup
4. Gd Jadi
5. Marketing
6. Ekspedisi
7. Accounting
PROSEDUR :
1. Produksi mengirimkan hasil produksi
berupa kain grey ke Gd Grey
2. Gd Grey mengirimkan kain ke Makloon celup
untuk diproses pewarnaan kain sesuai job order marketing
3. Kain yang telah selesai dicelup
dikirimkan ke Gd jadi
4. Gd Jadi membuat bukti penerimaan barang
rangkap 2, asli untuk accounting, copy diarsip
5. Gd jadi melakukan proses penyimpanan di
rak gudang jadi
6. Marketing mengeluarkan instruksi
pengeluaran barang ke gd jadi
7. Gd jadi membuat bukti keluar barang
rangkap 3, asli untuk accounting, copy 1 untuk ekspedisi, copy 2 diarsip
8. Ekspedisi membuat packing list rangkap 4
( asli untuk penagihan, copy 1 untuk accounting, copy 2 untuk customer pada
saat pengiriman barang, copy 3 untuk arsip ).
9. Accounting membuat faktur penjualan
rangkap 4 (asli untuk penagihan, copy 1
untuk kontrabon, copy 2 untuk accounting, copy 3 arsip)
PROSEDUR
PEMBAYARAN PIUTANG
TUJUAN :
Untuk mengetahui prosedur
kontrabon ke customer s/d pelunasannya.
BAGIAN YANG TERKAIT :
Accounting
PROSEDUR :
1. Accounting melakukan proses kontrabon
dengan melampirkan faktur penjualan dan packing list asli ke customer.
2. Customer melakukan proses pembayaran dan
membuat giro /transfer ke rekening bank.
3. Accounting menerima giro kemudian menyetorkan ke bank.
4. Setelah menerima slip setoran, accounting
membuat bukti penerimaan kas/bank
5. Bukti penerimaan kas / bank disatukan dengan
copy faktur yang sudah lunas kemudian diarsip.
3.4
Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
Berdasarkan pada evaluasi terhadap penerapan sistem informasi
akuntansi Piutang cukup memadai akan tetapi masih banyak kekurangan. Dengan
demikian apabila sistem informasi akuntansi yang ada di PT SINAR PANGJAYA MULIA
divisi Raschell, Cimahi sudah cukup memadai akan mendorong efektifitas
pengendalian intern piutangnya. Kondisi tersebut dapat dibuktikan dari beberapa
criteria atau kondisi dari sistem informasi akuntansi piutang yang
diimplementasikan sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Susanto ( 2004:82)
yaitu :
1. Adanya proses pengumpulan
Proses ini merupakan proses pengumpulan
data yang akan diolah menjadi informasi. Data ini merupakan informasi yang
dijadikan data pertama. Pada Sistem Informasi Akuntansi piutang PT.SINAR
PANGJAYA MULIA divisi Raschell , data ini diperoleh dari Sales Kontrak yang
didistribusikan dari bagian Marketing
2. Adanya proses pengolahan
Data atau informasi yang diperoleh, akan
diolah menggunakan alat bantu komputer dan dilengkap software tertentu untuk
menghasilkan output berupa laporan jumlah tagihan piutang yang harus dibayar
oleh konsumen
3. Adanya proses penganalisisan
Proses ini diwakilkan oleh adanya
pencatatan jurnal umum untuk setiap transaksi, yaitu pencatatan transaksi pada
saat terjadinya pembayaran, pembatalan, atau pencatatan transaksi saat ada
perbaikan sesuai dengan data yang sebenarnya
4. Adanya proses pengkomunikasian laporan
Informasi yang dihasilkan dalam entuk
laporan selanjutnya akan didistribusikan pada pihak-pihak yang yang
membutuhkan. Laporan yang disampaikan adalah berupa rekapitulasi jumlah
pelanggan berikut jumlah tagihan yang harus dibayar.
Berdasarkan pada hasil evaluasi terhadap pelaksanaan sistem
akuntansi piutang yang dijalankan PT SINAR PANGJAYA MULIA divisi Raschell
tersebut, maka perusahaan akan memperoleh kebaikan yang banyak dalam mendukung
aktivitas perusahaan lainnya, seperti :
1. Akan meningkatkan kualitas informasi yang dihasilkan
dari transaksi piutang
2. Akan menghemat biaya operasional perusahaan, sebab
dengan adanya sistem informasi akuntansi ini, diharapkan informasi yang
dihasilkan akan cepat tersedia
3. Menjaga Aktiva perusahaan akan dapat terjaga, sebab
transaksi keuangan dapat tercatat secara lengkap
Namun demikian terdapat pula keburukan dari penerapan sistem
informasi akuntansi piutang yaiut, selain tentunya memerlukan biaya yang tidak
sedikit, juga konektivitas laporan yang diolah secara komputer terkadang
membuat laporan salah secara keseluruhan
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan penulis maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Sistem
Informasi Akuntansi di PT SINAR PANGJAYA MULIA sudah cukup memadai akan tetapi
masih ada kekurangan. Hal ini dapat dilihat dari factor-faktor pendukungnya
sebagai berikut :
1.
Di PT SINAR
PANGJAYA MULIA divisi raschell telah dilaksanakan sebuah sistem informasi yang
baik, dan diimplementasikan sesuai prosedur serta ditunjang teknologi informasi
scara fisik, sehingga perlindungan terhadap piutang secara fisik dan catatannya
dapat dikendalikan dari kemungkinan hilang maupun penyalahgunaan secara sengaja
atau tidak sengaja.
2.
Di PT SINAR
PANGJAYA MULIA divisi rashell belum dilaksanakan pemisahaan tugas dan wewenang
yang dapat mengendalikan kemungkinan berbagai pihak menyalahgunaan tanggung
jawab yang dibebankan
3.
Telah terekam dan
tercatatnya berbagai transaksi akuntasi yang terjadi, sehingga setiap kesalahan
dan kekeliruan yang dilakukan secra tidak sengaja dapat ditelusuri dan direkonsiliasi
secara merunut.
4.
Setiap akhir
bulan periode pembukuan selalu dilakukan pemeriksaan saldo piutang oleh fungsi
akuntansi di supervisor pengendalian keuangan dan administrasi
4.2 Saran-saran
Pada
umumnya, pelaksanaan sistem akuntansi dan pelaksanaannya di PT SINAR PANGJAYA
MULIA sudah memadai. Namun, tentunya tetap diperlukan saran yang membuat
perbaikan yang bermanfaat terhadap kelangsungan perusahaan. Saran-saran yang
dapat penulis kemukakan antara lain :
1.
Untuk menunjang
pengendalian yang baik, sebaiknya ada pemisahan wewenang dan pelaku antara
pengontrol piutang (Supervisor) dengan pelapor piutang. Di PT SINAR PANGJAYA
MULIA divisi raschell ini, belum ada pemisahan tersebut, yang dikhawatirkan
akan meninggikan resiko penyalahgunaan tanggung jawab untuk bagian vital dalam
akuntansi ini
2.
Untuk
meningkatkan pelaksanaan Sistem Informasi Akuntansi dalam pengendalian piutang,
sebaiknya selalu dilakukan rekonsiliasi secara berkala mengenai piutang yang
lunas maupun saldo piutang antara catatan menurut supervisor pengendalian
penagihan dengan catatan menurut supervisor pengendalian keuangan dan
administrasi
3.
Untuk menunjang
pelaksanaan tersebut,perlu adanya pendidikan danpelatihan,kursus-kursus maupun
pendidikan-pendidikan lain secara intensif agar para pegawai dapat mengikuti
perkembangan informasi dan teknologi yang diterapkan perusahaan.
4.
Sebaiknya
perputaran atau rotasi perputaran jabatan diadakan di PT SINAR PANGJAYA MULIA.
Hal ini berguna untuk mencegah kejenuhan yang belebih dan menilai hasil kerja
dari pegawai yang digantikannya. Selain itu, perutaran ini dapat mencegah
berbagai pihak menyalahgunakan wewenangnya dan mengontrol ketidakbiasaan yang
mungkin dilakukan oleh pegawai sebelumnya
DAFTAR PUSTAKA
Cushing, Barry. 1995. Perancangan Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta. Salemba Empat
Davis, Gordon. 1999. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta. Andi
Ikatan Akuntan Indonesia. Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta: IAI
Niswonger, Fees dan Warren. 1997. Pengantar Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat
Susanto, Azhar. 2004. Sistem Informasi Akuntansi Terpadu. Bandung: Rosda Karya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar