Senin, 01 Oktober 2012

4 KONSEP KEIMANAN

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya“. (QS Al A’raf [7]:96).


Dalam kehidupan ini, seorang muslim harus memiliki keimanan yang kuat dan kokoh agar dapat meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat.
Dengan iman, kehidupan seorang muslim menjadi terarah, selalu mendekatkan diri kepada Allah dan jauh dari segala maksiat. Dengan iman yang kokoh, Nabi Yusuf menolak ajakan Zulaikha untuk berzina, dan begitulah seterusnya.
Orang yang beriman disebut dengan mukmin dan orang Islam disebut dengan muslim. Seorang muslim belum tentu seorang mukmin, akan tetapi seorang mukmin pasti seorang muslim, hal ini karena belum tentu iman sudah masuk ke dalam hati.
Dalam hal ini karena banyak sekali seorang muslim yang mengaku beragama Islam akan tetapi mereka tidak menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah dan juga tidak menjauhkan segala apa yang dilarang-Nya, kita sering menyebutnya dengan Islam KTP.
Untuk itu, kita akan membahas empat tanda keimanan kepada Allah yang harus kita tunjukkan.

1. Taqwa.
Taqwa adalah menjaga diri dari segala perbuatan dosa dengan melaksanakan segala apa yang diperintah oleh Allah swt dan juga meninggalkan apa yang telah dilarang-Nya.Keimanan seseorang kepada Allah swt belum sempurna jika ia tidak bertaqwa, yakni mewujudkannya dalam bentuk yang nyata dengan beramal shaleh atau berbuat kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah saw mengajarkan kepada kita untuk selalu bertaqwa dimana saja kita berada. Jika kita berada di pasar maka kita harus menunjukkan ketaqwaan dalam urusan kita di pasar, jika kita berada dalam klas yang sedang belajar kita juga harus bertaqwa kepada Allah dalam urusan menuntut ilmu dan mengajarkannya dan begitulah seterusnya dimana saja kita berada kita harus bertaqwa kepada Altah swt tanpa harus ragu-ragu untuk melakukannya.
Namun bila kita terlanjur melakukan kesalahan yang pastinya tidak disukai oleh Allah atau kita melakukan perbuatan yang menimbulkan dosa, maka bersegeralah kita untuk bertaubat dan menebusnya atau menghapus dosa yang telah kita perbuat dengan melakukan kebaikan.
Allah swt sama sekali tidak membedakan derajat manusia berdasarkan suku, bangsa, bahasa, dan budaya, akan tetapi Allah swt membedakan perbedaan antara seseorang dengan yang lainnya dengan taqwanya, barang siapa yang paling bertaqwa, maka dialah yang derajatnya paling mulia di sisi Allah swt.
Hal tersebut termaktub dalam firman Allah swt: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisiAllah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS AIHujurat[49]:13).
Orang yang bertaqwa atau muttaqiin memperoleh berbagai keistimewaan, di dunia ia diberikan kelebihan seperti anugerah furqan yakni petunjuk untuk dapat membedakan yang haq (benar) dengan yang bathil (salah), diampuni kesalahan dan dosa, hal ini termaktub dalam firman Allati swt: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar“. (QS Al Furqan [25]:29).
Selain itu orang yang bertaqwa juga akan diberikan jalan keluar dari persoalan yang dihadapi, bahkan bila masalahnya adalah ekonomi, akan diberikan rizki yang dia sendiri tidak menduga-duga, hal ini dinyatakan Allah swt dalam firman-Nya: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginyajalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangkasangkanya“. (QS At Thalaq [65]: 2-3).
Hal lain yang akan diberikan kepada orang yang bertagwa adalah memperoleh kemudahan dalam menyelesaikan segala urusannya sebagaimana firman-Nya: “dan barang siapa yang beriakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya“.   (QS  At  Thalaq   [65]:4).
Keistimewaan lain yang diberikan Allah swt kepada orang yang bertaqwa adalah akan dilimpahkan kepadanya berkah dari langit dan bumi: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya“. (QS Al A’raf [7]:96).
Adapun di akhirat nanti, ia dijanjikan tempat terbaik yaitu surga dengan segala kenikmatannya yang termaktub dalam surat Adz-Zariyaat [51]: 15: ” Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada didalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air“.

2. Malu.
Tanda keimanan yang amat penting dari seseorang yaitu al haya’ atau mempunyai rasa malu. Maksud dari mempunyai rasa malu disini bukan kita merasa malu berbicara di depan orang banyak sehingga merasakan panas dingin jika berbicara di depan umum atau kita merasa malu dengan penampilan yang kurang meyakinkan atau kurang keren di depan teman-teman kita dalam suatu acara. Akan tetapi, rasa malu yang harus kita tanam sebagai orang yang beriman yaitu malu jika kita tidak melakukan perbuatan atau hal-hal yang telah dibenarkan oleh Allah swt dan Rasul-Nya.
Oleh karena itu sangatlah penting bagi kita mempunyai rasa malu seperti ini, agar tentunya tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan. Bahkan, keimanan dengan rasa malu menjadi sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dan tentunya tidak boleh juga kita pisah-pisahkan sendiri seperti dua sisi mata uang yang tidak diakui dan tidak bisa digunakan sebagai alat pembayaran yang sah.
Bila malu tidak ada pada jiwa seseorang yang mengaku beriman, pada hakikatnya dia tidak beriman. Haya’ (rasa malu) terdapat dua macam yaitu:
  1. Malu naluri (haya’ nafsaniy), yaitu rasa malu yang dikaruniakan Allah kepada setiap diri manusia, seperti rasa malu kelihatan  auratnya atau ma!u bersenggama di depan orang lain. Dalam hal ini tentu kita harus selalu tunduk dan patuh kepada Allah swt dengan segala ketentuan-Nya dengan mengkaruniakan kita malu naluri. Bila kita memiliki rasa malu terhadap diri sendiri dan juga kepada orang lain pasti kita akan selalu menjaga aurat jangan sampai kelihatan dihadapan orang lain. Oleh karena itu, orang yang tidak memiliki rasa malu harus diwaspadai, sebab kalau dia telah merusak citra dirinya sendiri, sangat mungkin baginya untuk merusak citra orang lain.
  2. Malu imani (haya’imaniy), ialah rasa ma!u yang bisa mencegah seseorang dari melakukan perbuatan maksiat karena takut kepada Allah swt. Setiap muslim haruslah memiliki sifat malu kepada Allah yang sebenar-benarnya, malu yang ditunjukkan dimana saja, kapan saja, dan dalam situasi serta kondisi yang bagaimanapun juga. Bukan hanya malu untuk menyimpang ketika berada di masjid dan sejenisnya, tapi tidak malu-malu untuk melakukan penyimpangan di pasar, kantor, bahkan saat sendirian. Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk selalu memperkokoh rasa malu sehingga tidak ada kejelekan sedikitpun dari sifat malu tersebut.
3. Syukur.
Tanda keimanan seseorang yang amat penting adaiah selalu bersyukur. Allah swt meng-anugerahkan nikmat yang banyak kepada manusia. Setiap detik dalam kehidupan manusia tidak akan pemah lepas dengan yang namanya nikmat Allah swt.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya manusia selalu bersyukur kepada Allah swt. Syukur berarti “berterima kasih kepada Allah swt”. Dalam arti lain, syukur ialah memanfaatkan nikmat yang diberikan Allah swt kepada kita sesuai dengan kehendak yang memberikannya.
Bersyukur mengandung banyak manfaat, diantaranya yaitu mengekalkan dan menambah nikmat itu pula dengan nikmat yang lain yang berlimpah, Allah swt berfirman: “Sesunguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku)  maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih” (QS Ibrahim [14]:7).
Ada tiga macam cara kita bersyukur kepada Allah swt:
  1. Bersyukur dengan hati, yakni mengakui dan menyadari bahwa nikmat yang diperolehnya berasal dari Allah swt.
  2. Bersyukur dengan lisan, yaitu dengan mengucapkan “Alhamdulillah” yang berarti segala puji bagi Allah.
  3. Bersyukur dengan perbuatan, seperti melakukan perbuatan yang baik, sesuai dengan tuntutan agama.
Allah swt melimpahkan nikmat yang banyak kepada manusia. Secara garis besar nikmat Allah terbagi atas dua macam yaitu nikmat yang menjadi tujuan dan nikmat yang menjadi alat untuk mencapai tujuan.
Ciri-ciri nikmat yang pertama adalah kekal, diliputi kebahagiaan dan kesenangan, sesuatu yang mungkin dicapai, dan segala kebutuhan terpenuhi. Adapun nikmat yang kedua meliputi kebersihan jiwa dalam bentuk iman dan akhlak yang mulia, kelebihan tubuh seperti kesehatan dan kekuatan, hal-hal yang membawa kesenangan jasmani, seperti harta dan kekuasaan, dan hal-hal yang membawa sifat keutamaan seperti pertolongan dan lindungan dariAllah swt.
4. Sabar.

Yang terakhir atau yang Keempat dari tanda keimanan seseorang yaitu sabar. Sabar berasal dari bahasa Arab yaitu shabara-yashbiru-shabran yang artinya menahan atau mengekang.
Secara istilah sabar yaitu menahan diri dari bersikap, berbicara, dan bertingkah laku yang tidak dibenarkan oleh Allah swt.
Sabar merupakan bagian yang penting dari iman. Dalam hadits yang diriwayatkan oieh Abu Nu’aim, Rasulullah saw bersabda bahwa sabar adalah sebagian dari iman. Kedudukan sabar bagi iman sangat penting, seperti kedudukan hari Arafah dalam ibadah haji.

Nabi saw melukiskan sabar sebagai barang yang sangat bernilai tinggi di surga. la juga pemah berkata, “sabar terhadap sesuatu yang engkau benci merupakan kebajikan yang besar” (HR. At-Tirmidzi).

Sumber : Khairu Ummah Edisi ke-43 Tahun XVI 

http://mimbarjumat.com/archives/197

Tidak ada komentar:

Posting Komentar