Rabu, 03 Oktober 2012

MENUNGGU SANG PENGAGUM


MENUNGGU SANG PENGAGUM
Oleh : Asep Suhermin


Bertanya pada mata hati yang berkerabat dengan kepasrahan. Dalam menunggu ruang yang tak kunju ng dapat di pahami dengan akal sehat. Aku memilih kata0kata pada langit –langit rumah yang berjamur. Tuhan, kiranya aku dapat menunggu sang waktu mengumandangkan adzannya dalam lelapnya tidurku.

Aku menjerit keras, “mampukan aku terkagumi dalam makna seorang biduan?” tak ada seorangpun menjawab

Aku menjerit mengeras, “ mampukah aku tekagumi dalam makna seorang pelacur?” tak seoarngpun menjawab

Aku mengeluh dalam jeritan keras, “mampukah aku dikagumi dalam makna seorang gadis dalam pakian hitam?” aku sendiri menjawab “ hiduplah dalam hakmu sebagi pecinta”

Bilang pada semua pendusta yang sesumbar dengan rayuan-rayuan laknat yang membumi. Untuk sejenak melupakan nafsu dan berpaling kepadaku, sang kejujuran.

“apakah artinya sendiri?” aku bertanya pada gelombang lautan. Dan mereka sama sekali tak mengerti, karena mereka menjadi gelombang tidak pada titik yang mampu ku teteskan pada telapak tanganku.

“lalu apakah artinya hidup dengannya?”  aku bertanya pada riak-riak air di lumbung padi. Dia hanya menjawab, “dengannya aku merasa nyaman”

“lalu apakah artinya sang pengagum untukku?” aku bertanya pada hatiku yang menjawab “pengusir lelah”

Aku bukan penjahat yang membawa senapan dan memaksa untuk melindungiku. Karena sapu lidi yang ku jadikan senjata pun mampu membela  diriku. Janya saja aku tetap terluka dalam pertempuranku melawan anjing-anjing jalanan.

Inikah sebuah perjuangan? Dalam menemukan sang pengagum yang mencat kuku-kukunya sambil bersiul?


22 Juni 2006






Tidak ada komentar:

Posting Komentar